Tugas
Ilmu Budaya Dasar
Rangkuman Ilmu Budaya Dasar Bab VI Manusia dan Penderitaan
Ilmu Budaya Dasar
Rangkuman Ilmu Budaya Dasar Bab VI Manusia dan Penderitaan
Disusun Oleh:
Jeffry (15214614)
Kelas: 1EA20
Fakultas Ekonomi
Jurusan Manajemen
Depok 2014
Jurusan Manajemen
Depok 2014
BAB 6
MANUSIA
DAN PENDERITAAN
A. PENGERTIAN
PENDERITAAN
Penderitaan
berasal dari kara derita , kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra yang
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan penderitaan itu dapat lahir atau batin atau
lahir batin.
Baik dalam
Al-quran maupun kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang menguraikan
tentang penderitaan yang di alami oleh manusia atau berisi peringatan bagi
manusia akan adanya penderitaan. Tetapi umumnya manusia kurang memperhatikan
peringatan tersebut,sehingga manusia mengalami penderitaan.
B. SIKSAAN
Siksaan dapat
di artikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan
jiwa atau rohani. Akibat sisksaan yang di alami seseorang, timbulah
penderitaan. Di dalam kitab suci diterangkan jenis dan ancaman siksaan yang di
alami manusia di akhirat nanti, yaitu siksaan bagi orang-orang musyrik, syirik,
dengki, menfitnah, mencuri, makan harta anak yatim dan sebagainya.
Siksaan yang sifatnya psikis misalnya kebimbangan, kesepian dan ketakutan.
Kebimbangan di
alami oleh seseorang bila ia pada suatu saat tidak dapat menentukan
pilihan mana
yang akan di ambil.
Kesepian di
alami seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun
ia dalam lingkungan orang ramai.
Ketakutan merupakan
bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin.
Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasa ketakutan
antara lain :
a. Claustrophobia
dan Agoraphobia: Claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup,
Agoraphobia adalah ketakutan yang di sebabkan seseorang berada di tempat
terbuka.
b. Gamang
merupakan ketakutan bila seseorang di tempat yang tinggi, Hal ini di sebabkan
karena ia takut akibat berada pada tempat yang tinggi.
c. Kegelapan
merupakan suatu ketakutan sesseorang bila ia berada di tempat yang gelap.
d. Kesakitan
merupakan ketakutan yang di sebabkan oleh rasa sakit yang di alami.
e. Kegagalan
merupakan ketakutan dari seseorang di sebabkan karena merasa bahwa apa yang
akan di jalankan mengalami kegagalan.
Ahli medis
mempunyai pendapat yang berbeda-beda dan banyak penderita yang mempunyai
teori tentang asal mula dari ketakutan mereka. Kebanyakan phobia di mulai
dengan suatu schock emosional atau suatu tekanan pada waktu tertentu.
Ahli-ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari
suatu problema psikologis yang dalam, yang harus di temukan, dihadapi, dan
ditaklukan sebelum phobianya akan hilang.
C. KEKALUTAN
MENTAL
Secara lebih sederhana kekalutan mental dapat di rumuskan sebagai
gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang
harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah secara kurang wajar.
Gejala-gelaja permulaan bagi seseorang yang menglami kekalutan mental adalah :
a. Nampak pada jiwa yang
sering merasakan pusing, sesak nafas, demam, nyeri pada lambung
b. Nampak pada
kejiwaannya dengan rasa cemas ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Tahap-tahap
gangguan kejiwaan adalah :
a. Gangguan
kejiwaan Nampak dalam gejala-gejal kehidupan si penderita baik jasmani maupun
rohani
b. Usaha
mempertahankan diri dengan cara negative, yaitu mundur atau lari.
c. Kekalutan
yang merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan
mengalami gangguan.
Sebab-sebab
timbulnya kekalutan mental, dapat banyak disebutkan antara lain sebagai
berikut :
a. Kepribadian
yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna
b. Terjadinya
konflik sosial budaya akibat norma berbeda antara yang bersangkutan dengan apa
yang ada dalam masyarakat.
c. Cara
pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap
kehidupan sosial.
Proses-proses kekalutan mental yang di alami oleh
seseorang mendorong ke arah :
a. Positif :
trauma (luka jiwa) yang di lami di jawab secara baik sebagai usaha agar tetap
survive dalam hidup.
b. Negatife :
trauma yang di lami di perlarutkan atau di perturutkan,sehingga yang
bersangkutan mengalami frustasi. Bentuk frustasi antara lain :
1. Agresif
berupa yang meluap-luap akibat emosi yang tidak terkendali dan dapan
membahayakan orang lain.
2. Regresif
adalah kembali pada pola reaksi yang primitive atau ke kanak-kanakan (infatil).
3. Fiksasi
adalah peletakan atau pembatasan pada satu pola yang sama (tetap).
4.
Proyeksi merupakan usaha melemparkan atau memproyeksikan kelemahan dan
sikap-sikap sendiri yang negative pada orang lain.
5. Identifikasi
adalah menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imaginasinya
6.
Narsisme adalah self love yang berlebihan,sehingga yang bersangkutan
merasa dirinya lebih superior daripada orang lain.
7. Autism
adalah gejala menutup diri secara total dari dunia rill.
Penderita
kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1.
Kota-kota besar yang banyak memberi tantangan-tantangna hidup yang berat.
2.
Anak-anak muda usia yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang di kehendaki
atau di idam-idamkan.
3. Wanita
pada umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah yang di bawanya kedalam hati
atau perasaannya.
4. Orang
yang tidak beragama tidak memiliki keyakinan bahwa di atas dirinya ada
kekuasaan yang lebih tinggi.
5.
Orang yang terlalu mengejar materi seperti pedagang dan pengusaha
memiliki sifat ngoyo dalam memperoleh tujuan kegiatannya.
D. PENDERITAAN
DAN PERJUANGAN
Penderitaan
dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia
hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan buak hanya untuk bahagia melainkan juga
menderita, karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis.
E. PENDERITAAN,
MEDIA MASA DAN SENIMAN
Dalam modern
sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih besar hal ini telah di
buktikan oleh kamajuan teknologi dan sebagainya menyejahterakan manusia dan
sebagian lainya membuat manusia menderita.
Beberapaa
sebab lainnya yang menimbulkan penderitaan manusia ialah kecelakaan, bencana
alam, bencana perang dan lain-lain.
Media masa
merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-paeristiwa
penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian
masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap antara sesama manusia
terutama bagi yang merasa simpati.
F. PENDERITAAN
DAN SEBAB-SEBABNYA
Apabila kita kelompokan secara sederhana
berdasarkan sebab-sebab timbulah penderitaan, maka penderitaan manusia dapat di
perinci sebagai berikut :
A. Penderitaan yang timbul karena
perbuatan buruk manusia
Penderitaan
yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam
hubungan sesame manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitar.Penderitaan
ini kadang di sebut nasi buruk. Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya
menjadi baik.
Karena
perbuatan buruk anatara sesama manusia maka manusia lain menjadi
menderita,misalnya :
1)
Pembantu rumah tangga yang di perkosa,di sekap,disiksa oleh
majikannya.
2)
Perbuatan buruk orang tua Aric Hangara yang menganiyaya anak kandungnya sendiri
sampai mengakibatkan kematian
B. Penderitaan yang timbul
karena penyakit,siksaan / azab Tuhan
Beberapa kasus
penderitaan dapat diungkapkan berikut ini :
1) Seorang
anak lelaki buta sejak dilahirkan dengan tabah di asuh oelh orang tuanya.
2) Nabi
ayub mengalami siksaan Tuhan, Tetapi dengan sabar ia meerima cobaan ini.
3)
Tenggelamnya Fir’aun di laut Merah seperti disebutkan dalam AL’QURAN
adalah azab yang di jatuhkan kepada orang yang angkuh dan sombong.
G. PENGARUH
PENDERITAAN
Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh
bermacam-macam dan sikap dalam dirinya, sikap yang timbul dapat berupa sikap
positif ataupun sikap negative.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa
hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari
penderitaan dan penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan.
Studi Kasus
Bab VI
Manusia dan Penderitaan
Hampir dua tahun kami sekeluarga menempati gubuk ini, melawan
dinginnya angin malam dan terkadang harus bergeser saat tertidur pulas dimalam
hari, apalagi ketika hujan datang karena balai kayu basah disebabkan atap rumah
bocor bukan hal asing lagi kamirasakan, ujar Suherman suami Mariana dan ayah
bagi tiga bocah sambil menunjukkan keadaan gubuknya kepada penulis.
Suherman mengaku sampai saat ini dia belum mampu memberikan rumah layak huni bagi keluarga, karena pekerjaannya yang hanya serabutan, sementara penghasilan sehari tidak cukup untuk menutupi kebutuhan keluarga, atau mungkin ini sudah menjadi takdir kami harus menjalani hidup seperti ini, ujarnya.
Dari pengamatan penulis, digubuk itu tinggal seorang bayi mungil yang harus menahankan dinginnya udara malam karena dinding tepas reot milik orang tua nya tidak mampu membendung semilir angin yang bertiup dimalam hari.
Menurut keterangan Unit Pelaksana Tekhnis Dinas (UPTD) Puskesmas Arlina Prihhesti.SKM. setelah lima hari persalinan, bayi mengalami masuk angin, mencret danlambungnya dipenuhi angin, dan sangat mungkin ini terjadi karena kondisi gubuk yang ditempati bayi sangat rawan angin karena dinding tepasnya bolong- bolong, namun setelah ditangani Puskesmas yang teratur mengunjungi ibu dan bayi, kini kondisinya sudah berangsur membaik. kata Arlina.
Lebih mirisnya lagi Suherman sekeluarga tidak terdaftar sebagai penerima Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Sehingga tidak ada jaminan untuk kesehatan ibu dan bayinya, pihak Puskesmas telah mendaftarkan Mariana menjadi peserta BPJS Langkat, untuk menjamin persalinannya, tetapi bagaimna dengan bayinya ? dan juga kedua anaknya yang lainnya ?” tanya Arlina.
Bahkan kedua abang kandung si bayi Rahmad Syahputra (12) dan M.Iqbal (10) yang juga menempati gubuk reot tersebut tidak sekolah karena orang tua nya tidak mampu membiayai sekolah apalagi dengan perlengkapan sekolah seperti sepatu, tas dan baju seragam, lengkap lah penderitaan keluarga prasejahtera yang tertinggal / terlupakan / tidak diperhatikan Pemerintah maupun Perusahaan. Bagai sudah jatuh tertimpa tangga, masuk parit dan digigit anjing.
Hal ini diketahui dari penjelasan Lurah Bukit Jengkol Elsi Nuraini. Sos, ketika dihubungi penulis baru- baru ini melalui selularnya, saat itu dia mengatakan tidak mengetahui jika ada warga prasejahtera menempati gubuk yang sangat tak layak untuk dikatakan kandang binatang, apa lagi dihuni manusia, diwilayah Kelurahan Bukit Jengkol, Kecamatan Pangkalansusu, Kabupaten Langkat. padahal Suherman sekeluarga sudah hampir dua tahun berdomisili di Lingkungan sembilan, Kelurahan Bukit Jengkol.
Sebenarnya bukanlah tujuan
penulis untuk mencari kesalahan masing-masing pihak, baik Pemerintahan maupun
Perusahaan, dalam hal ini Domestik Region I Depot LPG Pangkalan Susu atau
Pertamina EP Pangkalan Susu yang jaraknya hanya beberapa puluh meter dari tempat
tinggal keluarga Suherman.
Mungkin masih banyak Suherman - Suherman lain mengalami nasib sama dan tinggal dilingkungan Perusahaan diwilayah Kab. Langkat yang luput dari perhatian, tetapi sebagai sesama makhluk, sudah selayaknya kita bergandeng tangan saling membantu meringankan beban sesama, ditambah lagi digubuk reot itu dihuni bayi yang sangat rawan kesehatan.
Mungkin masih banyak Suherman - Suherman lain mengalami nasib sama dan tinggal dilingkungan Perusahaan diwilayah Kab. Langkat yang luput dari perhatian, tetapi sebagai sesama makhluk, sudah selayaknya kita bergandeng tangan saling membantu meringankan beban sesama, ditambah lagi digubuk reot itu dihuni bayi yang sangat rawan kesehatan.
OPINI
Dari kasus diatas bisa dibilang begitu besar penderitaan yang
dirasakan oleh keluarga Suherman, walaupun yang terlihat adalah penderitaan
fisik berupa kemiskinan, akan tetapi penderitaan dari batin sang keluarga juga
pasti ada. Memang benar adanya kalau penderitaan pasti pernah dirasakan oleh
setiap orang, akan tetapi dalam kasus ini penderitaan yang keluarga Suherman
rasakan begitu besar. Maka dari itu kita harus bisa menolong sesame kita selagi
kita bisa dan mampu, karena ada kalanya bantuan kita sangat mengurangi
penderitaan orang tersebut.
Sumber : http://m.kompasiana.com/post/read/696606/1/menunggu-perhatian-dari-yang-perhatikan.html
0 komentar:
Posting Komentar