Mengenalkan Uang Dan Manajemen Uang
Saku Pada Anak
Memasuki usia remaja, secara tiba-tiba,
biasanya mereka akan menghabiskan uang tanpa bisa direm. Tak terhitung jumlah
dana yang harus dikeluarkan oleh remaja seperti untuk menonton konser musik,
membeli pakaian, telepon seluler atau konsol game. Dalam fase ini, memberikan
pemahaman tentang manajemen keuangan dapat membantu anak ketika memasuki usia remaja
yang cenderung konsumtif.
Tekanan lingkungan dan stimulus dari pergaulan adalah sebuah tantangan ketika menerapkan perencanaan keuangan pada masa ini. Prinsip menggunakan beberapa celengan yang diadopsi dalam perencanaan keuangan harus diubah menjadi rekening bank, kartu ATM dan deposito. Remaja juga harus menguasai dasar-dasar ekonomi,seperti perbedaan definisi dari saham, obligasi dan reksa dana. Remaja juga harus kompeten menyusun anggaran pribadi dengan mempertimbangkan sejumlah aspek seperti perbandingan harga dan barang, membuat keputusan yang cepat dan memilih sesuatu yang bermanfaat. "Anak remaja akan mudah belajar sesuatu dengan cara bermain, pelajaran secara langsung, menyenangkan dan nyata," kata Lewis Mendel, seorang pakar perencana keuangan dari University of Washington Business School, Amerika Serikat.
Tekanan lingkungan dan stimulus dari pergaulan adalah sebuah tantangan ketika menerapkan perencanaan keuangan pada masa ini. Prinsip menggunakan beberapa celengan yang diadopsi dalam perencanaan keuangan harus diubah menjadi rekening bank, kartu ATM dan deposito. Remaja juga harus menguasai dasar-dasar ekonomi,seperti perbedaan definisi dari saham, obligasi dan reksa dana. Remaja juga harus kompeten menyusun anggaran pribadi dengan mempertimbangkan sejumlah aspek seperti perbandingan harga dan barang, membuat keputusan yang cepat dan memilih sesuatu yang bermanfaat. "Anak remaja akan mudah belajar sesuatu dengan cara bermain, pelajaran secara langsung, menyenangkan dan nyata," kata Lewis Mendel, seorang pakar perencana keuangan dari University of Washington Business School, Amerika Serikat.
Usia 18 tahun merupakan tahap awal seorang anak menuju dewasa. Kebutuhan
pada usia ini telah berorientasi ke masa depan. Misalnya, rencana biaya untuk
memasuki perguruan tinggi. Usia ini adalah kesempatan terakhir bagi orang tua
untuk mengarahkan anak dalam mengelola keuangan. Oleh karena itu, orang tua
musti menegaskan kepada anak untuk meletakkan kembali prioritas akan kebutuhan
dan keinginan.
Jika orang tua masih
memberikan uang saku kepada anak usia ini, berikan dalam jumlah yang cukup
besar agar memungkinkan dia untuk mengalokasikan sejumlah dana dalam bentuk
anggaran. Ketika orang tua telah mengajarkan anak sejak dini tentang perbedaan
alokasi dana, terutama memisahkan antara keinginan dan kebutuhan, tentunya si
anak tidak akan mengalami persoalan dari segi keuangan.
Farah Dini
Novita, Senior Financial Executor Zeus Consulting, menambahkan, anak-anak bisa
mulai dikenalkan dengan uang dan pengaturan keuangan dengan cara melibatkan
mereka dalam aktivitas-aktivitas keuangan. Misalnya, mengajak anak-anak ke bank
membuka rekening khusus anak yang banyak ditawarkan oleh bank. Bisa juga
mengajak mereka berbelanja ke pasar modern ataupun tradisional agar tahu proses
transaksi yang Anda lakukan.
Nah,
bagaimana strategi manajemen uang saku yang tepat untuk anak agar mereka
memahami prinsip keuangan yang sehat? Berikut advis dari para perencana
keuangan:
Usia anak adalah pertimbangan utama dalam menentukan frekuensi uang saku. Farah menyarankan, sebagai awal perkenalan, orangtua bisa memberikan uang saku harian. "Kelak jika usianya bertambah, frekuensinya bisa kita perpanjang menjadi tiap tiga hari, seminggu sekali, bahkan hingga sebulan sekali," jelas dia.
Selain itu, frekuensi pemberian uang saku yang semakin panjang memberikan kesempatan pada anak untuk belajar mengelola keuangannya sendiri.
Nilai uang saku
Kebutuhan uang saku setiap anak berbeda-beda, bahkan bagi anak yang berada pada usia yang sama. Untuk menentukan berapa nilai tepat uang saku anak Anda, silakan menimbang beberapa hal berikut.
Pertama, aktivitas anak. Uang saku, menurut Farah, pada prinsipnya diberikan untuk mengkaver kebutuhan transportasi, jajan atau makan minum, lalu tabungan. Jika dalam rangka pergi dan pulang sekolah, anak Anda sudah mendapat fasilitas antar jemput, membawa bekal makan siang dari rumah atau jatah dari sekolah, besar uang saku bagi anak relatif terbatas, secukupnya untuk jajan makanan kecil di kantin sekolah saja.
Kesimpulan:
Sifat
konsumtif seseorang bisa dimulai dari usia berapapun, dari anak-anak, remaja,
hingga dewasa. Usia remaja termasuk usia yang sangat vital, dimana para remaja
memiliki sifat konsumtif yang sangat besar dan bisa menghabiskan uang yang
mereka punya untuk apapun yang mereka mau dan sukai.
Tekanan
Lingkungan dan pergaulan juga factor yang sangat penting dalam tingkat
konsumtif remaja. Ada banyak cara untuk membuat anak-anak maupun remaja
disiplin dalam memanage uang saku mereka. Sistem pemberian uang saku minggguan
atau bulanan bisa jadi salah satu solusinya.
Sistem uang
saku bulanan misalnya, sistem uang saku ini memaksa anak untuk dapat mandiri
dan mengahruskan sang anak pada usia remaja ini untuk mengatur uang saku yang
diberikan agar cukup untuk 1 bulan tersebut.
Hal penting
lainnya agar orang tua selalu mengontrol dan bijaksana dalam hal pemberian uang
saku sesuai dengan usia dan kebutuhan masing-masing umur. Sikap disiplin,
mandiri dan pengaturan uang dari hal kecil seperti uang saku ini bisa membantu
sang anak lebih disiplin dan hemat kedepannya.
Opini
Masa remaja memang sangat sulit untuk dikendalikan, baik dari segi konsumtif maupun keinginan para remaja untuk selalu tampil lebih diantara teman-temannya. Dalam era canggih seperti sekarang ini, tingkat konsumtif anak terutama di usia remajapun semakin tak terkendali.
Frekuansi dan besar nilai uang saku merekapun otomatis semakin bertambah. Anak remaja sekarang pasti sudah dan selalu ingin dengan game maupun gadget canggih yang harganya juga sangat mahal.
Menurut saya, melalui artikel dan postingan yang saya buat ini, diharapkan bisa memberikan semangat dan kesadaran bahwa dalam masa remaja, tidak seharusnya perilaku konsumtif dan boros untuk menunjang penampilan kita di antara teman-teman kita. Karena jika melihat belakangan ini, tidak hanya anak yang bersifat konsumtif dan boros, akan tetapi peran orang tua yang mendukung dalam segala apa yang diinginkan sang anak harus dipenuhi itu membuat sifat boros anak semakin tak terkendali.
Ada baiknya kita seharusnya sudah semakin sadar, untuk lebih hidup hemat dan sederhana, karena dasar kepribadian yang hemat dan sederhana itu bisa menimbulkan benih sikap manajemen yang sangat baik dalam diri kita. Baik dari segi manajemen uang, waktu dan hal lainnya, namun juga dari sikap hemat itu, kita semakin bisa membantu orang tua kita. Pengorbanan orang tua kita sangat besar dalam hal biaya dari sekolah, kuliah maupun kebutuhan anak lainnya.
Permasalahan yang ada dalam artikel ini memang terkesan biasa dan tidak asing, akan tetapi hal kecil seperti ini, jauh lebih baik jika kita bisa menyadarinya lebih awal dan bisa merubahnya dengan lebih cepat.
Dalam era yang modern ini, marilah tumbuhkan semangat hidup hemat dan sederhana, guna melahirkan generasi muda yang lebih baik kedepannya dalam hal memanajemen dirinya sendiri
Sumber:
http://joylivingpermatabank.com/joyliving/treasure/read/177
by (Rendra Hanggara, SINDO)
http://personalfinance.kontan.co.id/news/mengenalkan-uang-lewat-manajemen-uang-saku-1
by Maria Elga Ratri, Ruisa Khoiriyah
0 komentar:
Posting Komentar