Senin, 11 Mei 2015



Top of Form
Bottom of Form
Terus Melemah, Rupiah Tembus Rp 13.000 Per Dollar AS

Kamis, 5 Maret 2015 | 09:10 WIB 







JAKARTA, KOMPAS.com — Nilai tukar rupiah tehadap dollar AS pada awal perdagangan di pasar spot Kamis (5/3/2015), kembali tertekan, bahkan melorot hingga menembus level 13.000. Seperti dikutip dari data Bloomberg pukul 08.20 WIB, mata uang Garuda merosot ke posisi Rp  13.047 per dollar AS setelah dibuka pada 12.999. Pada penutupan kemarin, rupiah melemah ke posisi 12.991.

Hari ini rupiah diperkirakan masih akan bergerak variatif. Belum adanya sentimen positif yang melingkupi pasar membuat posisi rupiah masih dalam tekanan penurunan. Setelah mengalami kenaikan tipis, laju rupiah pun kembali melemah walau tipis.

Ekspektasi akan kembali turunnya BI rate seiring dengan dimulainya tren penurunan suku bunga di beberapa negara memberikan sentimen negatif bagi pergerakan laju rupiah.

Laju rupiah berada di bawah target level resisten di Rp 12.960 per dollar AS. Pelemahan lanjutan rupiah tetap patut diwaspadai.

Riset NH Korindo Securities menyatakan, pergerakan rupiah lebih kurang tidak akan jauh berbeda di mana masih ada potensi untuk kembali melanjutkan pelemahan, terutama jika belum ada sentimen positif yang mampu membuat rupiah bergerak naik. Rupiah diperkirakan berada di rentang Rp 13.075 - Rp 12.957 per dollar AS (kurs tengah BI).


 ***Ulasan***

Menurut Berita yang ada, memang benar adanya bahwa yang dikutip dari Harian Kompas tersebut, bahwa Rupiah kini semakin terpuruk. Ada banyak hal yang menyebabkan Rupiah semakin anjlok dan semakin kuatnya US Dollar.

1. Perekonomian Yang Kurang Mapan

Rupiah termasuk soft currency, yaitu mata uang yang mudah berfluktuasi ataupun terdepresiasi, karena perekonomian negara asalnya relatif kurang mapan. Mata uang negara-negara berkembang umumnya adalah mata uang tipe ini, sedangkan mata uang negara maju seperti Amerika Serikat disebut hard currency, karena kemampuannya untuk mempengaruhi nilai mata uang yang lebih lemah. Karakteristik khusus mata uang soft currency adalah sensitivitasnya terhadap kondisi ekonomi internasional. Krisis finansial, spekulasi di pasar finansial, dan ketidakstabilan ekonomi bisa mengakibatkan jatuhnya nilai soft currency. Contohnya saat krisis tahun 97/98, ketika perekonomian Indonesia dalam bahaya. Begitu pula, ketika terjadi krisis Subprime Mortgage di Amerika Serikat, Rupiah sempat terkena imbasnya.


Selain itu, sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia berbagi sentimen dengan negara berkembang lainnya. Artinya, ketika sentimen terhadap negara-negara berkembang secara umum baik, maka nilai Rupiah akan cenderung menguat. Sebaliknya, ketika di negara-negara berkembang yang lain banyak kerusuhan, bencana, dan lain sebagainya, maka nilai Rupiah akan melemah

2. Pelarian Modal

Modal yang beredar di Indonesia, terutama di pasar finansial, sebagian besar adalah modal asing. Ini membuat nilai Rupiah sedikit banyak tergantung pada kepercayaan investor asing terhadap prospek bisnis di Indonesia. Semakin baik iklim bisnis Indonesia, maka akan semakin banyak investasi asing di Indonesia, dan dengan demikian Rupiah akan semakin menguat. Sebaliknya, semakin negatif pandangan investor terhadap Indonesia, Rupiah akan kian melemah.


Mari ambil contoh pemotongan stimulus yang dilakukan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, baru-baru ini. Kebijakan uang ketat (tight money policy) tersebut membuat investor memindahkan investasinya dari Indonesia kembali ke Barat. Selain kejadian tersebut, sudah sering Indonesia mengalami capital flight yang kemudian diikuti oleh pelemahan nilai Rupiah.

3. Ketidakstabilan Politik-Ekonomi

Dari dalam negeri, faktor yang paling mempengaruhi Rupiah adalah kondisi politik-ekonomi. Di masa-masa ketidakpastian menjelang pemilu sekarang, investor cenderung was-was dan akan menunggu hingga terpilih pemimpin baru untuk menunjukkan sentimen ekonomi yang lebih meyakinkan. Akibatnya, musim menjelang pemilu umumnya ditandai oleh pelemahan nilai Rupiah.


Performa data ekonomi Indonesia, seperti pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto/Gross Domestic Product), inflasi, dan neraca perdagangan, juga cukup mempengaruhi Rupiah. Pertumbuhan yang bagus akan menyokong nilai Rupiah, sebaliknya defisit neraca perdagangan yang bertambah akan membuat Rupiah terdepresiasi. Dua sisi dalam neraca perdagangan, impor dan ekspor, sangat penting disini. Inilah sebabnya kenapa sangat penting bagi Indonesia untuk menggenjot ekspor dan mengurangi ketergantungan pada produk impor.
Demikianlah uraian singkat mengenai tiga faktor utama penyebab melemahnya nilai Rupiah. Ketiga faktor tersebut menggambarkan garis besar kondisi Indonesia saat ini. Namun, seiring dengan menguatnya perekonomian Indonesia, niscaya nilai Rupiah juga akan ikut menguat.

OPINI:

Ekonomi rakyat bisa dikatakan sebagai jantung dari suatu negara dan juga sebagai nyawa yang menghidupkan sebuah negara. Ada banyak faktor penyebabnya yang bisa diungkapkan secara umum selain contoh diatas:

1. Lemahnya Investor yang masuk

            Investor merupakan salah satu pihak yang sangat berperan dalam pendanaan negara, seorang investor yang menanamkan modalnya di Indonesia akan menyebabkan penguatan rupiah secara langsung maupun tidak. Jumlah uang dan modal yang mereka tanamkan sangat membantu dalam penguatan suatu nilai mata uang negara. Suatu negara akan membuat kondisi negaranya baik dari segi ekonomi, politik dan sosialnya aman dan stabil agar menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

2. Kestabilan negara

            Sebuah kondisi dan polemik dalam negara sangat mempengaruhi menguat atau melemahnya nilai mata uang. Misalnya seperti kondisi peperangan dan juga bencana alam. Hal ini dapat mengakibatkan ekonomi menjadi tidak stabil dan efeknya akan langsung ke melemah atau menguatnya nilai mata uang suatu negara. 

3. Produktivitas rumah tangga dan perusahaan

            Sebuah rumah tangga dan perusahaan yang optimal dalam menghasilkan keuntungan dan berpengaruh pada pendapatan nasional juga dapat menyebabkan menguatkan nilai rupiah. Hal ini juga berkesinambungan dengan investor yang akan masuk ke Indonesia. Jika suatu perusahaan dan rumah tangga mengalami surplus maka otomatis akan meningkatkan PDB suatu negara, efeknya adalah semakin meningkatnya pendapatan perkapita dan menstabilkan sertu menguatkan ekonomi di suatu daerah atau wilayah. Hal ini juga berefek dengan kemjuan ekonomi yang menimbulkan penguatan Rupiah.

Kesimpulan:
            Suatu kegiatan perekonomian suatu negara memang menjadi suatu jantung dari suatu negara. Dan dalam perekonomian, peran sebuah mata uang sangat mempengaruhi di dalamnya. Sebuah negara yang memiliki mata uang stabil maka akan menimbulkan kemajuan ekonomi. Dalam banyak hal mata uang dapat melemah ataupun menguat, hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal seperti banyaknya investor yang menanamkan modalnya di Indonesia dan juga faktor internal maupun eksternal negara yang mempengaruhi Indonesia sendiri. Namun kita sebagai warga negara juga bukan hanya duduk diam saja melihat kondisi Rupiah yang semakin melemah, akan tetapi kita dapat berusaha meningkatkan kinerja dari rumah tangga dan usaha yng kita lakukan, karena sebuah usaha dari masyarakat dan juga perusahaan akibat mendongkrak dan meningkatkan pendapatan perkapita dan sebagai tolak ukur kemakmuran masyrakatnya. Jika seluruh masyarakat makmur maka otomatis akan meningkatkan PDB dan juga akan mengundang investor yang akan menginvestasikan modalnya di Indoensai sehingga rupiah dapat kembali menguat.

Referensi dan sumber:

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/03/05/091011826/Terus.Melemah.Rupiah.Tembus.Rp.13.000.Per.Dollar.AS

http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2015/03/14/faktor-faktor-yang-menyebabkan-rupiah-melemah-706703.html

0 komentar:

Posting Komentar